Halo sobat blogger semua, semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiat, amin.
Jujur saya bingung bikin judul untuk artikel yang intin saya tulis hari ini, jadi ditulis sesuai apa yang nongol di kepala saja hehehe
Judulnya mirip puisi, tapi bukan mau bikin puisi kali ini, akan tetapi ada hal yang baru saja terjadi di depan mata saya dan gatel kalo tidak dituangkan pada catatan di blog saya.
Jadi begini kisah yang baru saja terjadi itu, ada tetangga sebutlah namanya si Inem, nah si Inem itu sering saya amati kehidupan sehari-harinya hanya deket sama tetangga kanan kiri yang dianggapnya tajir. No problem bagi saya pribadi, karena saya sungkan untuk ngurusin orang, hanya demen ngamatin orang sekitar, lumayan kan banyak pelajaran hidup yang saya dapat hingga ide menulis artikel di blog hahaha
Yang paling kontras dari kelakuan tetangga saya si Inem ini, bukan hanya maunya hanya bergaul sama tetangga-tetangga yang tajir doang, akan tetapi kalo ketemu tetangga yang dianggapnya kurang mampu atau kismin itu orang kurang respect, pernah ada tetangga menyapa dia yang kebetulan lewat di jalan kecil yang sama, eh bukannya balas menyapa malah belaga songong si Inem dengan senyum kecut plus buru-buru buang muka.
Masih banyak lagi kelakuan yang menurut saya pribadi aneh, karena saya tidak habis fikir, apa sih ruginya bertegur sapa dengan orang lain walaupun orang yang menyapa itu secara finansial kurang mampu? Toh tidak bikin duit hilang tiap kali senyum.
Kelakuan si Inem yang aneh ini menurut saya menjadi catatan di kepala bahwa ada orang yang bertingkah seperti itu.
Si Inem ini buka warung kelontong, barangnya cukup beragam hingga jual air mineral galon yang cukup banyak.
Kisahnya ini tetangga 2 rumah dari si Inem adalah orang yang kehidupannya tidak mampu, sering dia belanja ke warung si Inem untuk membeli beberapa barang keperluan sehari-hari, sebutlah tetangga kurang mampu ini namanya si Baki.
Sepengetahuan saya, si Baki ini tidak pernah ada kasus hutang ke warung mana pun walau dia tergolong warga yang tidak mampu. Walau terkesan galak dan tegas, si Baki ini orangnya baik dan ramah, suka membantu tanpa minta imbalan (banyak kisah-kisah menarik seputar si Baki ini terkait masalah tolong menolong.
Singkat cerita si Baki ini mendadak dari kehidupannya berubah dari orang kismin menjadi medium keatas. Berkat hobinya gemar membantu sesama, akhirnya banyak koneksi, dari salah satu koneksi inilah kehidupan si Baki berubah menjadi orang yang tidak dapat lagi disebut miskin. Bukan hanya itu saja, si Baki pun menikah dengan orang yang kaya (anak dari orang yang pernah dia tolong).
Nah bagaimana dengan si Inem tetangganya itu?
Si Inem ini berubah drastis perangainya terhadap si Baki yang udah jadi Kaya, tiap kali ketemu senyum sumringah duluan di depan si Baki. Lucunya, si Inem ini punya anak cewe, seperti setengah ngasrongin anak cewenya, hampir setiap hari si Inem ini bawa anak cewenya ke rumah si Baki, sambil bawa masakan, kadang bawa puding dll.
Sementara hal yang mau saya garis bawahi adalah, karena si Inem sebagai orang tua sering melakukan hal-hal yang merendahkan orang lain yang dirasa ekonominya pas-pas an, otomatis anak-anak dia pun mencontoh tindakan orang tuanya. Anak-anak si Inem ga beda jauh sama si Inem, alhasil mereka selalu hidup segitu-gitunya tanpa ada perubahan (walaupun mereka bukan termasuk orang miskin). Uang itu manis dan sebentar saja habis, akan tetapi banyak menjalin persaudaraan antar sesama tidak akan pernah habis, dan pas waktunya nanti kita dalam keadaan susah masih banyak saudara yang akan membantu (walaupun jangan pernah punya mindset seperti ini saat kita membantu, karena artinya kita membantu orang degnan pamrih).
Coba lihat keadaan si Baki dari miskin bisa menjadi kaya karena dia telah memupuk akar persaudaraan yang luas, sementara si Inem yang dikatakan bukan termasuk orang miskin tapi kehidupannya juga tidak ada peningkatan apa-apa. Dan bisa saja suatu hari nanti saat hartanya habis akan kesulitan mencari bantuan.
Ini adalah kisah nyata, dan saya sangat kenal dengan si Baki ini. Melalui kisah ini semoga kita semua tidak seperti si Inem, karena "yang palsu akan terbelakang" dan terus mundur tanpa adanya peningkatan. kita semua tentunya ingin suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan terus meningkat, tidak akan ada orang yang mau hidup segitu-gitunya doang tanpa adanya peningkatan kan?
Semoga artikel yang saya tulis walaupun acak kadut hehehe tapi semoga dapat memberikan pencerahan dan bermanfaat.
Salam sukses untuk semuanya!
Post a Comment